Dicoding Dukung Perempuan Indonesia Raih Karir Developer

Dicoding Dukung Perempuan Indonesia Raih Karir Developer

15 Apr 2020

Dicoding Dukung Perempuan Indonesia Raih Karir Developer

Karena COVID-19, “kerja dari rumah” jadi trending sejak Maret 2020.

Beda dengan Putri Huriati (21 thn), developer asal Lima Puluh Kota, Sumbar. Sudah sejak tahun lalu Putri mempraktikkan kerja metode remote sebagai software programmer.

Bekal belajar di Dicoding, karir developer terbuka luas. Karena skill-nya, Putri leluasa ambil opsi kerja jarak jauh. Kantornya, sebuah software house di Padang, berjarak 171 km dari kampung halamannya. Ia aktif bekerja dari rumah.

Penasaran kisah pantang menyerah dari member yang hobi lomba dan sempat gagal 4 kali submisssion ini? Yuk simak.

Karir Developer: Impan sejak SMK

Sejak putih abu-abu di SMKN 2 Guguak di Lima Puluh Kota, Putri mantap dengan mimpinya. Karir developer, motivasi utama. Gadis ini ambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. “Suka banget ngoding. Suka heran kenapa kok perempuan rata-rata nggak suka ngoding,” serunya.

Lulus dari SMK, ia mantap merantau untuk kuliah D3 Politeknik Negeri Padang, jurusan Teknologi Informasi. Seorang dosen mata kuliah pemrograman mobile di kampusnya  merekomendasikan Putri: “Sudah, kamu belajar di Dicoding saja. Di sana materi-materi lebih update.”

Mengiyakan saran beliau, tanpa buang waktu Putri mengikuti program FDP dari Google. Beasiswa ini memberikan kelas Android level pemula dan menengah. Di sela-sela kuliah ia menuntaskan modul demi modul belajar di Dicoding. Hasilnya, ia menyelesaikan alur belajar Android hingga lulus kelas Belajar Fundamental Aplikasi Android.

Putri sadar. Guna mengejar karir developer, keahliannya harus sampai di level expert. Karena itu, ia pun mendaftar beasiswa IDCamp 2019. Program Indosat Ooredoo ini mengantarkannya jadi salah satu lulusan kelas Kotlin Android Developer Expert (KADE).

Karakter Pantang Menyerah, Perlu

Belajar tak selamanya berjalan mulus. Di Dicoding kamu baru menyandang status “lulus” saat tugas akhir / submission kamu dinyatakan berhasil. Putri mengalami sendiri bahwa standar kualitas “lulus” di Dicoding begitu tinggi. Ia sempat mengalami 4 x penolakan submission akhir di kelas KADE. Seperti halnya peserta Academy lainnya, tugas Putri diperiksa. Tapi kemudian dinyatakan “gagal” oleh Expert Reviewer dengan sederet catatan panjang. Meski memusingkan, Putri mengaku

“Dengan masukan dari reviewer Dicoding, aku jadi tahu di mana salah codingan-ku. Aku jadi belajar untuk menulis kode dengan bersih. Kenapa perlu clean code? Agar nanti kita bisa terus maintain codingan. Dan developer selain kita, bisa meneruskan (proyek tsb-red).”

Setelah tekun revisi dan konsultasi dengan fasilitator IDCamp-nya, pada kesempatan submission ke-5, Putri -pun berhasil. Ia bersyukur bisa menyandang status “lulus” dari kelas KADE.

Tak hanya pantang menyerah hingga lulus Dicoding Academy, Putri juga gigih ikuti lomba. Lima (5) kali hackathon ia ikuti dan 2 di antaranya ia berhasil menangkan. Lewat lomba-lomba tersebut ia asah skill membuat aplikasi android untuk konstruksi rumah hingga ciptakan web dan IoT lewat kerja sama tim.

dicoding dukung perempuan indonesia raih karir developer
Putri saat bersama temannya setelah menjuarai Hackathon di Padang

Buatnya, gagal, tak masalah. Tujuan utama ikut lomba itu, bukan menang, melainkan menambah pengalaman, menurut Putri.

Lulus Dicoding, Diterima Kerja di Software House 

Saat lulus kuliah pada Oktober 2019, Putri seketika diterima kerja di DWP Software, sebuah perusahaan yang melayani pembuatan web dan aplikasi di kota Padang, Sumatera Barat.

“Tanpa Dicoding, nggak mungkin keterima di tempat saat ini. Dulu saya ngoding berantakan sekali.” (Putri)

Enam bulan terakhir, Putri tak bekerja in-house di Padang, melainkan jarak jauh dari kampung halamannya, Lima Puluh Kota. Kedua kota (Padang – Lima Puluh Kota) terpisah jarak 171 km atau lebih dari 4 jam perjalanan darat. Meski sehari-hari di rumah, Putri tetap menyambangi kantornya jika diperlukan.

Keleluasaan bekerja dari rumah ini, merupakan privilese baginya. Memang betul karena tak semua developer bisa memiliki kesempatan tersebut. Dengan bekerja dari rumah ia mengaku jadi punya lebih banyak waktu untuk belajar.

Belakangan ini, ia gunakan  waktu senggangnya untuk meluluskan kelas Menjadi Azure Cloud Developer tingkat expert. Juga  ingin mendalami alur belajar android hingga jadi Google Associate Android Developer. Kita doakan ya!

Perempuan Punya Karir Developer: Why not?

Putri, satu dari segelintir developer perempuan di Indonesia. Di kalangan member Dicoding sendiri, proporsi perempuan sebatas 13 %.

Menurut pengalaman Putri, hanya sedikit pula teman perempuannya dari bidang studi IT yang suka ngoding atau ingin menseriusi karir developer. Alih-alih developer, mereka kini bermata pencarian sebagai staf tata usaha, admin, atau pengusaha.

“(Perempuan tak jadi developer) mungkin karena momok ngoding itu susah. Padahal ngoding itu seru. Perempuan bisa maju di dunia coding. Nggak ada batasan. Bisa kerja dari rumah juga.”

Karena itulah Putri ingin menularkan virus ngoding ke lebih banyak lagi perempuan di dunia sains. Mimpinya pun belum usai. Ia ingin jadi dosen mata kuliah pemrograman di Poltekneg Padang. Calon pengajar masa depan ini berpesan, khususnya untuk para developer perempuan:

“Jangan mudah menyerah untuk belajar. Jangan minder. Kalau ada kegiatan seperti lomba, ikuti saja. Bisa mengasah kemampuan kita. Cobain aja dulu.”

Dicoding Dukung Perempuan Indonesia Raih Karir Developer – end

Penasaran kisah developer perempuan lainnya ? Simak:

1. Sertifikasi: Bekal Utama Raih Karir Developer 

2. Member Dicoding ini Ciptakan Aplikasi Pendamping Orang yang Hidup dengan Autoimun 

3. Erma Susanti: Dosen yang Giat Mengembangkan Diri demi Anak Didik