Tantangan & Dedikasi Guru Bidang Programming
Menjadi guru bidang programming di era disrupsi, sangat menantang. Pasalnya, Indonesia saat ini membutuhkan 600.000 talenta per tahun. Tenaga pendidik inilah ujung tombak pencetak sumber daya digital Indonesia.
Salah satu tumpuan harapan itu adalah sosok Guru SMK yang satu ini, Dwi Krisnandi. “Pak Dwi” -begitu 180 siswanya menyapa beliau- sangat mencintai profesinya sebaga pendidik. “Memang dari bangku kuliah pun, saya sudah hobi mengajar teman-teman saya yang kesulitan,” ujar Dwi.
Sejak 2015 silam menjadi guru honorer, Dwi telah mengecap asam garam profesi guru bidang programming. Banyak tantangan maupun juga buah manisnya. Apa saja itu? Mari kita simak.
Tantangan Menjadi Guru
Dwi mengajar di SMKN 1 Tirtajaya di Karawang, provinsi Jawa Barat. Pada awalnya beliau mengajar di Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) namun semenjak 2019 beliau mengasuh di Kompetensi Keahlian Rekaya Perangkat Lunak (RPL). Enam (6) tahun menjadi pendidik, apa yang jadi tantangan terberat untuk beliau?
“Tantangan mengajar programming bagi kami di daerah pesisir adalah akses internet yang lemah. Juga kompetensi digital bagi para guru. Kami perlu. Dengan reskilling seperti yang Dicoding sering adakan, kami jadi lebih siap ngajar. ” (Dwi)
Re-skilling / pelatihan keahlian baru di bidang programming, bukan permintaan dari Pak Dwi semata, melainkan guru bidang programming di Indonesia secara keseluruhan. Pasalnya, teknologi berjalan begitu cepat sehingga para pendidik memerlukan sebuah lompatan dalam pengayaan sumber daya manusia.
Sebagai contoh, saat ini para guru sekolahnya tengah membutuhkan pelatihan di bidang pemrograman Android dengan bahasa Kotlin.
Untuk memulai langkah ke arah sana, Dwi aktif di Dicoding. Ia merupakan lulusan Dicoding Academy dan juga peraih beasiswa IDCamp yang telah tuntas belajar di 8 kelas. Tak sampai di situ saja, untuk membantu menjelaskan materi pada siswa, beliau juga membuat video tutorial sendiri di kanal Youtube-nya, seperti MySQL dan Java. Alhasil, para siswa pun jadi lebih semangat belajar!
Dedikasi Menjadi Guru
Sehari-harinya, Pak Dwi juga menyambi sebagai wirausahawan paruh waktu. “Enaknya jadi guru itu ya, salah satunya bisa punya waktu untuk hal-hal di luar jam sekolah,” ujarnya.
Di dalam sekolah, lulusan kampus Bina Sarana Informatika (BSI), Bandung ini boleh berbangga. Dua (2) angkatan di antara para siswanya telah berhasil meraih sertifikasi profesi sesuai kriteria Kemenaker. Memang, hal yang paling membuatnya bahagia adalah saat melihat siswa didiknya berhasil meraih impian . Kepada amereka, pak guru ramah ini selalu berpesan:
“Kalau bisa, fokus ke 1 (satu) bahasa pemrograman saja sampai expert banget. Jangan mau semuanya, nanti nanggung. Cukup fokus 1 (satu) bidang saja . Karena di Indonesia, banyak oramg yang bisa beberapa bahasa atau bidang sekaligus tapi tak banyak yang bisa mendalami sampai level expert. Sebaliknya jika di luar negeri, programmer hanya fokus di satu bidang, tapi sampai mahir sekali (Dwi).
Dengan cara fokus belajar pada 1 bidang di atas, siswa bisa jadi lebih PD alias percaya diri dengan skill yang mereka miliki.
Menutup pembicaraan sore itu, Pak Dwi mengungkapkan salah satu cerita yang menghangatkan hati, sepanjang amanahnya sebagai guru.
Waktu itu beliau mengajar seorang murid yang dulu sangat ditentang orang tuanya untuk sekolah RPL. Tapi Dwi melihat potensinya tinggi. Sehingga beliau mengikutkannya pada lomba di tingkat kabupaten, lantas jadi juara.
Tak hanya itu, sang siswa pun mendapat restu orang tua untuk jadi seorang programmer. Lantas kini siswa berprestasi tsb telah dipercaya menjadi Web Developer di Yamaha Manufacture.
“Itulah sumber kebahagiaan saya,” pungkas Dwi.
Tantangan & Dedikasi Guru Bidang Programming – end
Simak kisah para pendidik lainnya di artikel berikut ini: